ABG Putus Cinta

Cerita Sex Pembantu | Perkenalkan namaku Melani, saat ini aku kuliah di suatu universitas swasta terkenal
dikotaku. Umurku saat ini 23 tahun dan aku baru semester 4. Sebagai wanita aku memepunyai
nafsuku yang sangat binal, dan aku selalu menjadikan semua cowok2ku sebagai pelampiasan
nafsuku yang liar itu. Namun setelah aku mendapatkan cowok yang memuaskan nafsuku, aku
malah diputusin tanpa ada sebab yang pasti. Dan keputusan kekasihku tersebut membuatku
sengsara karena tidak ada lagi yang dapat memuaskan nafsuku.

Cerita Sex Pembantu ABG Putus Cinta
Suatu malam tepatnya malam minggu Kuputuskan untuk main ke sekretariat ke kampus yang
biasanya ada yang menunggu 24 jam. Disana aku kenal beberapa orang.setelah sampai kampus
aku lihat disana sepi sekali, hanya ada Mas Restu yang tengah asyik nonton TV. Setelah
saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.
“Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?” tanyaku.
“Nggak, lagi boring ketemu dia terus.”
“Lo kok..? Kan pacar..?”
“Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja.”
“Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?”
“Nggak, kita lagi berantem kok!”
“Napa..?”
“Rahasia dong.”
“Paling urusan sex.” kataku asal tebak.
“Lo, kok tau..?” tanyanya heran.
“Tau dong..,” jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak.

Jangan heran, kalau mengobrol soal sex dengan anak-anak Kampus ini sudah biasa, pada
‘bocor’ dan ‘kocak’ semua.
“Emang napa sih, dia nggak bisa muasin yah..?” tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.
Mas Restu melotot. “Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja,
kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung berontak.” kulihat sorot mata kesal.
“O, gitu..”
“Lagian, payudaranya kecil banget..!” katanya.
Aku tertawa lagi. “Impas kan, punya Mas juga kecil,”
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya.

Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit
coklat, dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan aku sudah pernah melihat dia mandi
di pantai.

“Boleh..,” tantangku balik.
“Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas.”

Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada ruginya.

“Oke,” jawabku, “Mas duluan ok..!”

Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeansnya pelan hingga
terlihat celana dalam yang membalut penisnya yang sudah menegang.Cerita Sex Pembantu

“Sekarang kamu..!” perintahnya.
“Lo kok..?” kataku bingung.
“Satu persatu, biar fair..,”
“Oke.”

Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia
menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank topku sebatas leher
hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra. Mas Restu tidak langsung membuka celana
dalamnya, tapi malah mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan
membalas mengelus-elus payudaraku. Pelan dia menurunkan celana dalamnya, memperlihatkan
kepala penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang lumayan besar untuk ukuran orang
Indonesia. Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Restu. Aku
menaikkan BH ku pelan yang memperlihatkan payudaraku berputing merah dan kenyal.
Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa
dikomando, Mas Restu perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah
payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan,
mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin
binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini
di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia
memandangku.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.

Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku
menunggu 5 menit sampai Mas Restu menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm,
mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap
berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling
menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu
persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya,
putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke
bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya
payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia
langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang
satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian
mengelus-elus vaginaku yang dibalut celana dalam. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeansku, aku membantu dengan menaikkan
kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur
dan memandang Mas Restu membuka jeansnya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia
membuka jeansnya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan
tubuhnya yang macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku
memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia
merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara,
meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar
celana dalam tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku
dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik celana dalamku,
aku membantu dengan mengangkat pantat.

Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan.
Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling
memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan,
sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka celana
dalamnya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-
gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.Cerita Sex Pembantu

Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan
menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut
untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk
tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada,
pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks.
Mas Restu meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit
tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Restu dengan tubuh berkeringat dan lemas.

Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka celana
dalamnya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan
meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan mas Restu. Dia mengalah, aku segera
memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung
turun dan pulang ke kost.

Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan
di KFC, Mas Restu mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke
daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini
lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena
kedinginan, aku memeluk Mas Restu agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku
menempel di punggungnya.

Malam kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari
sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa
segan aku memeluk Mas Restu untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian
kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil
berangkulan. Pelan-pelan Mas Restu mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung
menyambar bibirku.

Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan
panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di
belakang panggung, Mas Restu memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan,
sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala,
begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang
kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka
sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.

Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri
puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan,
merogoh ke dalam celana dalam tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang.
Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal
celana dalam yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan
mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.

Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. Celana dalamku
dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka celana
dalamnya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan.
Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan
membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat.
Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku
sambil mengulum bibirku.

Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu.
Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk
punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk
bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke
vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa
nyeri.

Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium
kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku
menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak
dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang
mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Restu mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara
kami mulai bercumbu lagi.Cerita Sex Pembantu

Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya
keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan
sebelumnya. Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku
semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di
pinggang Mas Restu dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.

Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Restu mengerti dan menghentikan
kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di
vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Restu menyetujui. Kami sepakat mencoba
doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Restu berlutut segera
memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas
dan Mas Restu merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.

Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Restu yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan
meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk
berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis,
mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa
mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa
geli dan nikmat.

Baca Juga Cerita Seks Tengelam Dalam Nafsu

Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Restu gantian menindihku dengan gaya
konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan
membalas setiap gerakan Mas Restu. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas
mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks.

Mas Restu tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks,
memeluk Mas Restu lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling
berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian
kami segera pulang.- Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Sex Pembantu.